Jumat, 09 November 2012

Objek wisata taman ujung karangasem

Taman Ujung Karangasem

Taman Ujung atau dikenal juga sebagai Taman Soekasada Ujung merupakan salah satu objek wisata sejarah yang ada di kabupaten Karangasem. Taman Ujung berada di wilayah timur Kabupaten Karangasem, di Desa Tumbu, yang dapat dicapai sekitar dua jam dari Denpasar.
Taman Ujung adalah sebuah situs warisan dari kerajaan Karangasem. Taman ini dibangun pada tahun 1919 oleh Raja Karangasem terakhir, I Gusti Bagus Jelantik, yang memerintah di Karangasem antara 1909 dan 1945. Letusan Gunung Agung pada tahun 1963 menghancurkan istana air dan semakin rusak akibat gempa bumi besar tahun 1979. Namun pemerintah telah melakukan pemugaran terhadap tempat ini.

Sebuah jembatan beton yang panjang menghubungkan area parkir dan area istana. Di ujung jembatan terdapat taman yang luas. Pada sisi utara terdapat sebuah bangunan persegi kecil putih di tengah kolam utama yang dihubungkan dengan dua jembatan di sisi kiri dan kanan. Bangunan ini sebelumnya berfungsi sebagai kamar tidur raja, ruang pertemuan, ruang keluarga, dan lainnya. Di sini anda dapat melihat foto-foto lama Taman Ujung dan juga beberapa foto keluarga kerajaan.


 
Di samping kolam utama, terdapat pula kolam dengan bale, sebuah bangunan tradisional terbuka Bali, di tengah-tengahnya. Kompleks Taman Ujung menggabungkan arsitektur Bali dan Eropa. Di puncak bukit teradapat sisa-sisa bangunan yang terlihat seperti sebuah kapel tetapi memiliki gaya khas Bali dengan ukiran di dinding. Di sisi lain, terdapat patung besar badak dan banteng di bawahnya. Dari tempat ini anda dapat menikmati pemandangan laut biru berkilauan, hutan hijau subur, dan tentu saja Gunung Agung yang perkasa yang mendominasi pemandangan langit.




Objek Wisata Batu Bolong

Sejarah Objek Wisata Batu Bolong


Pura Batu Bolong berdiri di pinggir pantai Segara Batubolong, di wilayah Desa Adat Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Badung. Pura Batubolong menghadap ke arah laut selatan Pulau Bali. Jarak dari Denpasar ke lokasi pura sekitar 7 km. Ditempuh sekitar 25 menit dengan kendaraan roda empat dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam. Dari lokasi pura pamedek akan dapat menyaksikan panorama yang indah sepanjang pantai yang berada di daerah kawasan Kuta dan kawasan Bukit.

Saat ini di pura tersebut sedang berlangsung berbagai kegiatan ritual serangkaian Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung lan Tawur Agung yang puncaknya berlangsung Rabu (4/1) 2006. Misalnya, Minggu (25/12) lalu digelar upacara melasti lan mapekelem. Ribuan umat Hindu pedek tangkil mengikuti upacara melasti lan pakelem yang di-puput Ida Pedanda Kekeran Pemaron dan Ida Pedanda Jelantik Pejangaji tersebut.


Gambelan Gong Kebyar

Gamelan Gong Kebyar


Gong Kebyar adalah sebuah barungan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar yang bermakna cepat, tiba-tiba dan keras) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis. Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-tarian atau memainkan tabuh-tabuhan instrumental. Secara fisik Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari Gong Gede dengan pengurangan peranan, atau pengurangan beberapa buah instrumennya. Misalnya saja peranan trompong dalam Gong Gebyar dikurangi, bahkan pada tabuh-tabuh tertentu tidak dipakai sama sekali, gangsa jongkoknya yang berbilah 5 dirubah menjadi gangsa gantung berbilah 9 atau 10 . cengceng kopyak yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang dirubah menjadi 1 atau 2 set cengceng kecil. Kendang yang semula dimainkan dengan memakai panggul diganti dengan pukulan tangan.
 
Secara konsep Gong Kebyar adalah perpaduan antara Gender Wayang, Gong Gede dan Pelegongan. Rasa-rasa musikal maupun pola pukulan instrumen Gong Kebyar ada kalanya terasa Gender Wayang yang lincah, Gong Gedeyang kokoh atau Pelegonganyang melodis. Pola Gagineman Gender Wayang, pola Gegambangan dan pukulan Kaklenyongan Gong Gede muncul dalam berbagai tabuh Gong Kebyar. Gamelan Gong Kebyar adalah produk kebudayaan Bali modern. Barungan ini diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915 (McPhee, 1966 : 328). Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar. Ada juga informasi lain yang menyebutkan bahwa Gong Kebyar muncul pertama kali di desa Bungkulan (Buleleng). Perkembangan Gong Kebyar mencapai salah satu puncaknya pada tahun 1925 dengan datangnya seorang penari Jauk yang bernama I Mario dari Tabanan yang menciptakan sebuah tari Kebyar Duduk atau Kebyar Trompong.
Gong Kebyar berlaras pelog lima nada dan kebanyakan instrumennya memiliki 10 sampai 12 nada, karena konstruksi instrumennya yang lebih ringan jika dibandingkandengan Gong Gede. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya.
Lagu-lagunya seringkali merupakan penggarapan kembali terhadap bentuk-bentuk (repertoire) tabuh klasik dengan merubah komposisinya, melodi, tempo dan ornamentasi melodi. Matra tidak lagi selamanya ajeg, pola ritme ganjil muncul di beberapa bagian komposisi tabuh.
Barungan Gong Kebyar bisa diklasifikasikan menjadi 3 :
  1. Utama = Yang besar dan lengkap
  2. Madya = Yang semi lengkap
  3. Nista = Yang sederhana